Popular

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Catatan Refleksi Lagu ; Pengusiran Pribumi Secara Halus Rahasia Band


 

Oleh : M. Rian Budiyanto Ramadhan

Pada tahun 1982, desa kelahiranku mengalami pemekaran. Desaku mengalami transformasi yang sangat cepat, masyarakat pedesaan yang akrab dengan aktivitas pertanian, kini diubah menjadi masyarakat industri. Bangunan pabrik tinggi menjulang di atas tanah pertanian sangat mudah ditemui di desa kelahiranku saat ini. Disektor laut pun demikian, kini ditanami pipa-pipa ukuran besar yang menyembur-nyemburkan asap di atas langit rumah para nelayan. Mantra modernitas yang ditandai dengan pembangunan kini telah berhasil merubah desaku, merubah cara pandang, merubah perilaku dan kebiasaan, merubah semua apa yang ada di dalamnya. Selamat datang modernitas, selamat datang tahayul pembangunan dan mitos perubahan!

Akibat dari tahayul dan mitos tersebut, menciptakan keinginan yang kuat bagi para petani untuk menjual tanahnya, membuat lahan semakin langka dan bernilai tinggi, petani mengekspansi lahan mereka dalam skala yang lebih besar, kini menciptakan kompetisi di antara petani itu sendiri. Dan, ekslusi hadir sebagai konsekuensi dari akumulasi kapital yang terjadi di tengah masyarakat pedesaan. Hal ini bukan atas dasar jawaban akan kebutuhan hidup di atas bumi ini. Melainkan perang urat syaraf (hegemoni) yang terus mendorong kita agar meng-inklusi-kan diri secara sukarela terhadap ruang hidup kita ke dalam agenda jahat kapitalism.

Ekslusi (penyingkiran) adalah suatu konsep yang lebih luas daripada enclosure, primitive akumulasi, dan akumulasi by disposesion. Ekslusi memiliki sisi ganda, yaitu secara bersamaan memberi kepastian dan tidak kepastian. Bahkan, ekslusi dapat juga dilakukan oleh petani kecil, anggota keluarga, atau warga sekitar. Karena di dalam ekslusi itu sendiri ada relasi-kuasa yang juga menentukan untuk terjadinya proses ekslusi. Proses ekslusi biasanya diiringi dengan inklusi (pelibatan) dan keduanya dapat berjalan berbarengan, tetapi ada proses yang berbeda. Empat kekuatan ekslusi: Pertama, regulasi. Kedua, market. Ketiga, kekuatan paksa, dan yang ke empat, legitimasi.

Dari proses penetrasi kapital di pedesaan melalui dorongan ekslusi yang dibarengi dengan inklusi tersebut akan menentukan jawaban; apakah desa sebagai ruang hisapan atau harapan? Sejauh ini dapat kita diagnosa bersama, bahwa pengusiran pribumi secara halus telah tampak di depan mata, memporak-porandakan desa kita. Gambaran desa yang asri nan permai itu hanya tersisa di buku pelajaran dan buku gambar. Selebihnya bisa kita saksikan bersama-sama agenda penghisapan yang terjadi di desa-desa rupanya telah sampai pada tahap membunuh alam bawah sadar. Entah dengan sukarela atau terpaksa pada saat ini kian banyak petani kehilangan tanahnya. Harus kita ingat bersama, bahwa ikatan antara manusia dengan tanahnya adalah ikatan emosional (spiritual) terdalam setelah ikatan darah dan aqidah. Maka dari itu, kesadaran mengenai ikatan antara manusia dengan tanahnya harus dirawat sebagai senjata untuk melawan agenda jahat mereka. Dengan sekuat jiwa raga berjuang melawan sistem yang semakin tidak perduli dengan bumi beserta manusia di dalamnya. Selaras dengan apa yang diungkapkan Friedrich Nietzsche dalam bukunya yang berjudul Zarathustra. Dengan meminjam mutiara hikmah dari Nietzsche :

Manusia hendaknya tetap setia dengan bumi tempat berpijak, dengan sepenuh cinta dan pengetahuan. Jadikan setiap kebajikan tersebut bisa bermakna bagi bumi, sehingga bermakna pula bagi manusia yang hidup di dalamnya.

Nampaknya mutiara yang diungkapkan Nietzische hanya tinggal mutiara, jika di dalamnya tidak ada manusia yang melaksanakan untuk mencintai bumi dan setia kepada bumi. Ini semua artinya manusia harus memperjuangkan tanah, air, dan semua yang terkandung di dalam perut bumi agar terhindar dari manusia serakah yang merusak bumi. Mungkin, inilah yang dimaksud Nietzsche sebagai wujud cinta dan kesetiaan manusia kepada bumi. Tanpa pelaksanaan dan perjuangan tersebut semuanya hanya tinggal pabrik kata-kata yang terus diproduksi tiada guna!

Posting Komentar

4 Komentar