Oleh : Zikri Alvi Muharram
Pandemi COVID-19 mempengaruhi banyak sekali aspek, terutama aspek kesehatan,
ekonomi, dan sosal. Di tiga sektor ini yang paling terdampak, (1)
aspek kesehatan. Pada aspek ini, COVID-19 menyebabkan jumlah kasus positif dan
kematian yang amat banyak mengakibatkan fasilitas kesehatan mengalami krisis. Tenaga kesehatan yang terbatas membuat sebagian besar masyarakat
tidak mendapat pelayanan, terutama masyarakat menengah ke bawah. (2) aspek
ekonomi, menyebabkan turunnya penawaran dan permintaan barang dan jasa. Hal itu tentu saja berpengaruh terhadap penurunan aktivitas ekonomi. Salah sebuah desa terdampak pandemi adalah desa Kalirahayu Kecamatan Losari Cirebon. Tata perekonomian desa ini ditopang oleh sektor pertanian khususnya pertanian bawang dan beberapa jenis palawija.
Meskipun kegiatan pertanian itu masih berjalan saat pandemi, namun mengalami
perlambatan yang memicu pengangguran terutama di sektor usaha mikro atau kecil,
industri rumah tangga, dan pekerja serabutan. (3) aspek sosial. Pandemi ini
berdampak sekali pada aspek sosial yaitu kemiskinan terutama bagi yang
kehilangan pekerjaan.
Ada
sebuah kegiatan unik masyarakat desa Kalirhayu setiap malam, tepatnya setiap
bawang sudah dibrondol dari daunnya oleh bakul. Mereka membuang daunnya itu ke
tempat pembuangan khusus daun-daun
bawang yang sudah dibrondol. Tak disangka masih banyak bawang yang belum terbrondol. Nah, bawang-bawang itu dimanfaatkan masyarakat setempat dengan varian alasan. Ada yang
untuk dijual, dijadikan bumbu masak, yang
intinya semua itu mereka lakukan untuk bertahan hidup. Menurut mereka, kegiatan
ini cukup membantu meskipun tidak seberapa. Apalagi di masa pandemi yang
mengakibatkan hilangnya mata pencaharia mereka. Sayang sekali jika
bawang-bawang yang terbengkalai itu tidak dimanfaatkan, apalagi bagi mereka itu
merupakan sebuah harapan yang cukup untuk menyelamatkan mereka dari kerasnya
kehidupan.
Semua
kalangan ada dalam aktivitas itu. Mulai dari anak-anak sampai orang tua. Bahkan lansia pun ada. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang tidak mampu. Ada yang dari
pekerja serabutan, tukang becak, dan buruh. Hasil yang mereka dapatkan tidak
seberapa, paling banyak 4 kg, karena sistemnya berebut, siapa cepat dia
dapat. Meski hasil yang mereka
dapatkan hanya sedikit, tapi, bagi mereka itu adalah jalan untuk menyambung
hidup. Datangnya daun-daun bawang yang masih tersisa bawangnya ini
tidak tentu. Namun yang pasti, setiap bakul yang membrondol bawang, sisa-sisa daunnya
dibuang ke tempat itu. Menjadikan masyarakat tak putus harapan.
Pandemi
COVID-19 boleh mengubah beberapa
aspek-aspek kehidupan, tapi tidak semangat hidup. Itulah yang dilakukan
mereka-pemberondol bawang bekas yang tak putus menghadapi ujian hidup, bertahan
dan menggantngkan hidupnya dari bawang bekas untuk keberlangsungan hidupnya dan
keluarganya.
3 Komentar
Selagi itu halal menurut syariat, apapun dilakukan untuk keberlangsungan hidup
BalasHapusLuar biasa...
Min loba nu typo
BalasHapusmantul
BalasHapus