Mayoritas orang tentu menginginkan satu profesi atau pekerjaan yang dapat di kontrol secara mandiri oleh dirinya, baik dalam manjemen waktu, produksi,ataupun yang lainnya. Sehingga mereka memiliki pendapatan yang sebanding dengan apa yang dikerjakan, dan tetap memiliki waktu luang yang cukup untuk di habiskan bersama anak dan keluarga. Namun bagaimana kita bisa melakukan hal tersebut?. Mungkin sangat sulit untuk kita membayangkan bagaimana cara mendapatkan penghasilan tanpa bekerja dengan orang lain, karena kita tidak memiliki kesempatan untuk berfikir demikian, apalagi jika melihat sistem pendidikan kita yang selalu di arahkan untuk bagaimana menjadi pegawai yang baik di suatu perusahaan, menyiapkan calon-calon tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan Industri manufaktur di perkotaan. Sehingga banyak pemuda yang berada di pedesaan seperti linglung di tempat tinggalnhya sendiri.
Di tengah gonjang-ganjing kebimbangan yang di rasakan anak muda, para petani bawang di Losari,tepatnya di Desa Tawang Sari justru memiliki keyakinan yang kokoh bahwa produksi pertanian adalah ladang untuk melakuakan kreatifitas dan mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat pedesaan. Salah seorang petani muda bersetelan sederhana mengatakan dengan sangat lugas satu pernyataan yang sangat menarik di satu sesi wawancara bahwa “ Menjadi buruh tani lebih menguntungkan dari pada bekerja di pabrik” Tuturnya. Mengapa? Setidaknya ada 4 poin yang menjadi alasan mengapa bebrapa petani muda yang saya temui di Desa Tawang sari ini mengatakan hal tersebut.
I. Terhambatnya reproduksi sosial biologis.
Menurut banyak petani di Desa Tawang Sari, menjadi pegawai di pabrik atau industri manufaktur memiliki instrumen kerja yang menyita banyak waktu dan tenaga. Dalam satu hari penuh buruh pabrik bekerja selama 6-8 jam dengan upah mengikuti standar Upah Minimum Regional (UMR) masing-masing daerah.Diketahui, besaran Upah Minimum Kota (UMK) Cirebon pada 2022 naik sebesar 1,49 persen atau sebesar Rp 33.741,78 dari UMK tahun 2021 yaitu Rp 2.271.201,73. Hal itu menurut mereka sangat tidak sebanding dengan pemenuhan kebutuhan reproduksi sosial. Misalnya, di masa muda sebelum berada di bahtera rumah tangga, banyak anak-anak muda Desa Tawang Sari memilih bekerja di perantauan untuk mencari pengalaman. Biasanya mereka pergi merantau ke Jakarta dan sekitarnya agar mendapatkan UMR lebih besar, dengan harapan bisa memberi sedikit rezekinya kepada orang tua dirumah.Namun ternyata disana juga memerlukan pengeluaran yang jumlahnya tidak sedikit. Diantara pengeluaranya antara lain makan, sepetak tempat tinggal yang sempit untuk meminimalisir budget, dan obat-obatan untuk memulihkan tenaganya.
Meski pendapatan disana cukup besar, akan tetapi terasa tidak sebanding dengan apa yang mereka korbankan untuk meninggalkan sanak saudara di rumah dan teman sejawat. Jika orang bilang waktu adalah seperti uang yang berharga, maka mereka juga kehilangan hal berharga tersebut. Orang yang tadinya bisa merefresh diri dengan bertemu anak, isteri, dan keluarga merajut canda tawa, kemudian hanya bisa memandang dari bilik layar kenangan di galeri mereka. Kegiatan sosial keagamaan pun menjadi terbatas saat bekerja di pabrik, seperti hal nya mengikuti pemakaman tetangganya yang meninggal, tahlil,mengikuti pengajian dan lain-lain. Perubahan aktivitas sosial ini yang tidak dilihat oleh banyak orang .
Selain reproduksi sosial, hal ini juga berkaitan dengan bagaimana manusia membutuhkan reproduksi biologis yang baik, dimana ia harus memulihkan metabolisme tubuh seperti makan, minum, dan beristirahat. Selain itu, mencukupi kebutuhan seksual juga sangat penting, karena apabila hal tersebut tidak terpenuhi dengan baik,akan mengganggu kesehatan fisik dan juga psikis seseorang. Hal ini juga yang sering menjadi suatu kebimbangan bagi para pemuda desa yang telah menikah ketika bekerja di perantauan, ia terpaksa akan meninggalkan istrinya di desa untuk meminimalisir budget pengeluaran di kota, dan tak bisa memenuhi kebutuhan seksual biologis tersebut. Maka, dengan penalaran yang secara langsung di rasakan oleh para petani muda di Desa Tawang sari, ia kemudian menuturkan bahwa hidup di Desa sebenarnya lebih ayem dan tentrem ( tenang dan aman). Mereka bisa melakukan aktivitas ekonomi, pun aktivitas sosial dan kegamaan dengan baik.
II. Tak Sepenuh Menjadi Buruh, Buruh Tani di tawang Sari Juga Mengelola Lahan Pribadi
Menjadi buruh di pertanian bawang merupakan salah satu siklus kerja yang dilakukan oleh para petani bawang di Desa Tawang Sari. Hampir keseluruhan dari mereka juga mengelola lahan miliknya entah itu bercocok tanam di lahan milik pribadi, atau mengelola ditanah milik ornag lain dengan transaksi kerja sama yang bermacam-macam seperti sewa, gadai, maro, ataupun mocok. Namun dari keempat petani muda yang saya temui, ia memiliki lahan pribadi yang di dapatkan dari warisan orang tuanya seluas 1/4 bahu ( 1750 m ).Dari situlah mereka juga meraup pundi-pundi perekonomian keluarga.
Pengelolaan lahan dengan sistem pembagian kerja anggota keluarga umum terjadii antara perempuan dan laki-laki. Dalam kerja produksinya, seorang istri memiliki peran dalam beberapa hal diantaranya ialah menyiapkan kebutuhan makan untuk dibawa ke ladang, menanam saat musim tanam, atau membasmi hama ulat dengan memetik daun yang layu. Para pertani yang memiliki lahan kurang dari 1 Ha biasanya memiliki dua pembagian waktu kerja dalam satu hari yakni dipagi hari ia bekerja di lahan orang lain hingga menjelang waktu dzuhur. Dan di sore harinya mereka mengerjakan ladang yang mereka miliki. Dari siklus tersebut setidaknya mereka mendapatkan uang makan untuk kebutuhan sehari-hari, dan kebutuhan pendidikan anak atau kebutuhan sekunder lainnya terpenuhi dari hasil pertanian lahan mereka.
Dari keterbatasan lahan yang mereka miliki, para petani bawang di Losari mampu mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri dengan penentuan waktu kerja yang bisa mereka atur menyesuaikan kondisi kesehatan tubuh dan kondisi tertentu lainya. Bagaimana kemudian jika petani ini memiliki cukup lahan untuk mereka kelola, dan mendapat perhatian lebih dalam pembangunan ekonomi negara. Selain peyediaan lahan pertanian secara adil, Hal tersebut akan meningkatkan surplus yang di hasilkan dari pe
ngelolaan produksi pertanian masyarakat, sehingga dari surplus tersebut dapat mendorong kemajuan industri pertanian. Sayangnya, arah ekonomi pemerintah saat ini sudah sangat jauh dari keberpihakan para petani dan nelayan, sudah menjadi rahasia umum bagaiamana perampasan lahan-lahan pertanian dan deforestasi dilakukan secara besar-besaran.
III. Selain mewarisi keterampilan, bertani meningkatkan kreatifitas
Masa kecil kehidupan anak petani tak jauh dari sekolah,bermain dengan teman-temannya, dan membantu orang tuanya mengelola lahan. Menegrti tentang bagaimana proses produksi pertanian bawang merupakan suatu pengetahuan yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua mereka sejak kecil. Mereka biasa melakukan tugas-tugas kecil seperti menanam, membuang hama ulat dan lain-lain.Aktifitas sederhana itu kemudian membuat mereka mengetahui kebutuhan dan hambatan apa saja yang di hadapi para petani. Perlahan kemudian ia mengerti tentang permasalahan dalam pertanian, seperti dalam proses produksi tentu akan dihadapkan dengan pengaruh hama, musim, dan pupuk yang digunakan. Hal itu membuat rasa keingin tahuan yang mendalam tentang bagaimana memajukan produktivitas pertanian mereka. Seperti bebrapa contoh yang dilakukan bebrapa petani di Desa
IV. Banyak Sumber-sumber Penghasilan Lain
Tawang Sari berada di wilayah yang sedikit unik dan berbeda dari pesisir lainnya dimana potensi alamnya bukan hanya sektor laut saja tetapi juga produksi pertanian bawang yang luar biasa. Dalam proses kerja produksinya, masyarakat disana banyak bekerja di sektor pertanian, namun beberapa darimereka juga mengelola pembudidayaan tambak Bandeng atau pergi ke laut untuk mencari ikan. Ketika mereka selesai dengan lahanya, dan tenaganya masih mampu untuk melakukan pekerjaan lain, dimalam harinya mereka menangkap ikan di laut. Setelah waktu isya memasang perangkap, dini hari sebelum fajar menghampiri mereka ambil ikan darinperangkap dan dijual di pasar . Selain itu, sumber-sumber ekonomi lain yang dapat di kerjakan di desa ialah dengan menjadi tukang bangunan saat ada pembangunan rumah atau lainnya. Sumber-sumber perekonomian di desa adalah nafas bagi masyarakat didalamnya, dimana ia menjadi hidup, menjadi diri yang merdeka dengan kemandirian ekonomi yang terus disiramnya.
Daftar Pustaka:
Panji Prayetno.2021.UMKCirebon2022.
https://m.liputan6.com/regional/read/4720385/umk-kota-cirebon-2022-cuma-naik-rp33-ribu-diklaim-tertinggi-di-jawa-barat
Linatuzzakiyah.2021.RekamanPakYanto.menit ke 28:25
0 Komentar