(Dokumen Pribadi)
Cirebon, 20-22 Agustus 2024. Kegiatan Sekolah Riset Ekologi (SRE) diselenggarakan di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) selama tiga hari, dimulai pada Selasa, 20 Agustus 2024. Acara ini dihadiri oleh 31 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Aceh, Jakarta, Bogor, Tasikmalaya, Brebes, Cirebon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Solo, Makassar, Lampung, Indramayu, Yogyakarta, dan Pasuruan.
Sekolah Riset Ekologi ini menghadirkan narasumber ahli di bidang ekologi, teologi lingkungan, politik, hingga energi. Pembekalan materi berlangsung intensif, dengan tujuan meningkatkan pemahaman peserta tentang isu-isu lingkungan, strategi advokasi, dan pengorganisasian masyarakat.
Pada hari pertama, Gus Syatori dari Salam Institute membuka sesi dengan materi tentang studi ekologi. Sesi ini dimulai dengan pemutaran film "The History of Stuff", yang mengisahkan tentang rantai produksi hingga konsumsi yang merusak alam dan manusia. Para peserta kemudian berdiskusi dan merefleksikan dampak tersebut.
Selanjutnya, Gus Roy dari Misykat Anwar menyampaikan materi tentang teologi lingkungan. Beliau menjelaskan keterkaitan antara Tuhan, manusia, dan alam, di mana manusia sebagai khalifah di muka bumi memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam.
(Dokumen Pribadi)
Pada hari kedua, Rabu, 21 Agustus 2024, Dianto Bachriadi dari Agrarian Research Center (ARC) membawakan materi mengenai komodifikasi alam dan bahaya yang ditimbulkannya. Ia menjelaskan tentang konsep metabolic rift, yaitu pemisahan antara manusia dan alam akibat eksploitasi sumber daya oleh segelintir orang demi keuntungan kapitalis, yang berdampak pada kerusakan lingkungan serta penderitaan kelas pekerja dan masyarakat marjinal.
Haris Azhar dari Lokataru melanjutkan sesi dengan materi tentang gerakan politik oposisi. Ia menekankan pentingnya masyarakat, terutama pemuda, untuk menginisiasi gerakan oposisi guna memantau, mengontrol, dan mengkritik kebijakan politik yang cenderung tidak berpihak pada rakyat.
Sesi berikutnya diisi oleh Ahmad Ashov Birry yang membahas tentang energi ramah manusia. Ia memberikan pemahaman dasar tentang transisi energi menuju sumber energi yang ramah lingkungan dan manusia.
Eko Cahyono, peneliti senior dari Sayogyo Institute, menyampaikan materi tentang ekonomi politik lingkungan anti-kapitalisme. Ia mengkritik oligarki yang mengendalikan sumber daya alam dan kebijakan politik demi kepentingan pribadi. Diskusi ini diikuti dengan penjelasan mengenai krisis ekologi yang disebabkan oleh ketimpangan penguasaan sumber daya alam.
(Dokumen Pribadi)
Hari ketiga, Kamis, 22 Agustus 2024, Erwin Dwi Kristianto menyampaikan materi tentang strategi memahami konflik hukum lingkungan. Dalam sesi ini, peserta diajak menggambarkan lingkungan yang sehat beserta hak-haknya. Beliau juga menjelaskan bahwa hukum sering kali melayani kepentingan bisnis sehingga mengabaikan persoalan lingkungan.
Sesi terakhir diisi oleh Arif Yogiawan yang membahas gerakan sosial dan pengorganisasian masyarakat. Ia menekankan bahwa pengorganisasian tidak selalu membutuhkan massa yang besar, namun harus efektif dalam menciptakan kesadaran dan mendorong perubahan.
(Dokumen Pribadi)
Setelah semua materi disampaikan, para peserta dibagi ke dalam lima kelompok untuk berdiskusi dan mempersiapkan rencana penelitian lapangan. Dengan bekal materi yang komprehensif, mereka akan melakukan riset ekologi di lokasi yang telah ditentukan.
Kegiatan Sekolah Riset Ekologi ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas peserta dalam riset dan advokasi lingkungan, serta mendorong keterlibatan mereka dalam gerakan sosial untuk menjaga kelestarian alam dan menentang eksploitasi sumber daya.
0 Komentar